Beberapa waktu lalu, Timnas Indonesia U-16 gagal meraih prestasi terbaiknya dalam ajang Piala AFF U-16 2024. Meskipun memiliki peluang besar untuk menjadi juara, Garuda Muda tidak mampu mewujudkannya, terlebih sebagai tuan rumah yang didukung oleh ribuan pendukung setia di stadion. Pada babak semifinal, Timnas Indonesia U-16 yang diasuh oleh Nova Arianto harus menyerah di tangan tim tangguh Australia dengan skor akhir 3-5 di Stadion Manahan, Solo, pada Senin, 1 Juli 2024.
Kegagalan tersebut membuat Indonesia harus puas menempati posisi ketiga setelah berhasil mengalahkan Vietnam dengan skor mencolok 5-0. Meskipun di sepanjang turnamen tim ini menunjukkan performa yang cukup memukau, namun mereka tidak mampu mengulangi kejayaan spektakuler seperti pada edisi sebelumnya. Pada Piala AFF U-16 tahun 2018, Timnas Indonesia U-16 berhasil mencatatkan sejarah dengan meraih gelar juara setelah mengalahkan Thailand dalam adu penalti dengan skor 4-3.
Saat itu, Sutan Zico menjadi salah satu sosok kunci di balik kesuksesan Garuda Muda. Namun, enam tahun telah berlalu sejak kemegahan tersebut, menjadi pertanyaan apakah masyarakat Indonesia masih mengenang atau mengikuti jejak prestasinya. Nama lengkap pemain bernama Sutan Diego Armando Ondriano Zico mungkin telah menjadi kenangan yang terhormat dalam sejarah sepak bola Indonesia, meskipun kini mungkin sudah sedikit terlupakan di tengah perjalanan waktu yang terus berjalan.
Seangkatan Ernando Ari
Saat ini, Sutan Zico berusia 22 tahun. Namun, kariernya di timnas tidak seberuntung ketiga rekannya, yakni Ernando Ari, Komang Teguh, dan Bagas Kaffa.
Ernando Ari, yang sampai saat ini masih menjadi kiper utama Timnas Indonesia di bawah arahan Shin Tae-yong, telah menunjukkan performa gemilang di lapangan. Ia berperan krusial dalam kesuksesan Timnas Indonesia U-23 meraih semifinal Piala Asia U-23 2024 serta menjadi kunci dalam meloloskan Indonesia ke putaran ketiga kualifikasi Piala Dunia 2026 zona Asia.
Di sisi lain, Komang Teguh dan Bagas Kaffa, meskipun tidak berhasil masuk skuat timnas senior, tetap memiliki peran yang sangat penting dalam Timnas Indonesia U-23 bersama Ernando Ari.
Kembali ke Sutan Zico, seorang striker yang juga memiliki kemampuan bermain sebagai gelandang. Melalui saluran YouTube resmi Sport77 Official, pemain kelahiran Jakarta pada 7 April 2002 itu berbicara kepada penggemar Timnas Indonesia.
“Saya berkeinginan untuk kembali ke Persija Jakarta,” ujar Sutan Zico. Sebelum bermain untuk Persipa Pati pada tahun 2023, Zico memang berasal dari Akademi Persija.
Idolakan Boaz Solossa
Sutan Zico, meski secara umum diasosiasikan dengan Macam Kemayoran muda, sebenarnya merupakan penggemar berat superstar Persipura Jayapura, Boaz Solossa. Menurutnya, Persipura Jayapura adalah tim impian yang diidolakannya, terutama karena keberadaan Boaz Solossa, yang ia sebut dengan panggilan “Kaka Boci”. Penyebab utama kagumnya terhadap Boaz Solossa adalah saat melihat aksi gemilang sang idola di layar televisi, terutama kecepatan dan kehebatannya dalam mencetak gol.
Kemampuan Boaz Solossa saat membela Persipura Jayapura secara langsung membuat hati Sutan Zico meleleh. Ia mengingat momen ketika menonton pertandingan Persipura meraih kemenangan gemilang atas tim luar negeri di Stadion Mandala, meskipun ia tidak mengingat tim lawan yang dikalahkan Persipura pada saat itu. Pengalaman ini benar-benar memukau dan menginspirasi Sutan Zico, menjadikan Boaz Solossa sebagai panutan utama dalam olahraga sepak bola.
Mengenai asal-usul namanya yang unik dan mengingatkan pada legenda sepak bola luar negeri seperti Diego Armando Maradona dari Argentina dan Zico dari Brasil, Sutan Zico menjelaskan bahwa ayahnya adalah mantan pesepakbola yang pernah memperkuat Semen Padang di era Galatama, serta merupakan penggemar berat kedua bintang tersebut. Ayahnya juga pernah bermain untuk Persikabo, sehingga dari situlah lahir kecintaan Sutan Zico terhadap sepak bola dan idolanya.
Perjalanan karir Sutan Zico dalam dunia sepak bola dimulai di Bogor, di mana ia mengasah bakatnya dengan bimbingan kedua orang tuanya yang berpengalaman dalam dunia olahraga. Kota hujan Bogor menjadi tempat di mana Sutan Zico tumbuh dan berlatih, karena kedua orang tuanya memutuskan menetap di sana. Ayah Sutan Zico juga terlibat dalam melatih di SSB Bogor, yang menjadi langkah awal penting dalam pengembangan bakat sepak bolanya.
Awal Tembus Timnas
Kariernya terus berkembang dengan lancar. Pada tahun 2014, Sutan Zico mendapat kesempatan untuk mengunjungi Brasil dalam ajang Danone Cup di bawah bimbingan Jacksen F Tiago. “Saat itu, kami berhasil meraih peringkat ketujuh di tingkat dunia,” ungkapnya.
Setelah pulang dari Brasil, Sutan Zico diajak oleh Kurniawan Dwi Yulianto untuk bergabung dengan JSSL Chelsea, dalam kerja sama antara Indonesia dan Singapura, mulai dari tahun 2017 hingga 2019. “Kompetisi berlangsung di Singapura. Saya harus bolak-balik ke sana setiap minggu. Berangkat pada hari Jumat dan pulang pada hari Senin. Begitu berlangsung selama tiga hingga empat tahun. Saya bermain bersama rekan-rekan di Singapura,” jelasnya.
Bakatnya yang terus berkembang membawa Sutan Zico ke Timnas Indonesia U-16 di bawah arahan Fakhri Husaini. Di bawah bimbingan Fakhri Husaini, Sutan Zico tidak lagi dimainkan sebagai gelandang, melainkan diposisikan sebagai striker. “Saya dipindahkan posisi oleh pelatih Fakhri. Beliau mengatakan lebih baik jika saya bermain sebagai striker,” tutur Sutan Zico sembari menambahkan bahwa itu merupakan awal dari peran barunya sebagai ujung tombak.
Dengan penempatan barunya sebagai striker, Sutan Zico semakin menunjukkan perkembangan yang pesat. Peran barunya dalam Timnas Indonesia U-16 besutan Fakhri Husaini membuktikan kemampuannya yang semakin mantap di lapangan.
Melalui perjalanan karirnya yang penuh perubahan dan tantangan, Sutan Zico menunjukkan dedikasinya dalam dunia sepakbola, mulai dari prestasi di kompetisi internasional, hingga pengalaman berharga dalam tim-tim profesional seperti JSSL Chelsea dan Timnas Indonesia U-16.
Berganti Posisi
Terkait pengalihan posisi, Sutan Zico mengungkapkan bahwa ia tidak terlalu khawatir. Ia sepenuhnya mengikuti semua petunjuk dari pelatih. “Tidak ada kebingungan. Semuanya sama,” ujarnya.
Keberhasilan masuk tim nasional tentu membuat keluarga merasa sangat bahagia dan bersyukur. Mimpi untuk bermain di bawah bendera kebesaran Merah Putih akhirnya terwujud.
“Bapak sangat terharu. Karena tiba-tiba ada panggilan setelah sebelumnya tidak lolos seleksi. Bapak menyatakan bahwa kesempatan ini harus dimanfaatkan sebaik mungkin,” kenang Sutan Zico.
Perjalanan karier pemain muda yang penuh senyuman ini tidak berhenti hanya pada Timnas Indonesia U-16, namun berlanjut hingga ke Timnas Indonesia U-19.
Saat ini, pada usianya yang masih muda, Sutan Zico pastinya berharap dapat menelusuri jejak tiga rekan setimnya di Timnas U-16, yakni Ernando Ari, Komang Teguh, dan Bagas Kaffa. Selain itu, ia juga bermimpi untuk bermain di Liga 1 bersama tim masa kecilnya, Persija Jakarta.